Qatar dan Piala Dunia, sepi? Kontroversi?

Qatar dan Piala Dunia, sepi? Kontroversi?

Selamat datang di catatanpenting.com. Ini adalah catatan pertama yang admin tulis untuk mengajak teman-teman berdiskusi tentang negara Qatar yang tahun 2022 ini menjadi tuan rumah even olah raga sepak bola tertinggi dan terbesar yaitu piala dunia atau world cup. Catatan ini saya anggap penting dan menarik untuk dibahas. Alasannya adalah Piala dunia kali ini dianggap sepi dan penuh kontroversi, apakah benar? Mari kita mulai pembahasan selengkapnya.

Sebelum membahas tentang piala dunia Qatar 2022 akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu dimanakah Qatar dan bagaimana kondisi negara itu. Qatar adalah sebuah negara emirat di Timur Tengah yang terletak di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab di Asia Barat. Satu-satunya batas darat mereka adalah Arab Saudi di selatan dan sisanya berbatasan dengan Teluk Persia.

Gambar 1 Lokasi geografis Qatar

Gambar 2 Negara Qatar

Yup, Qatar memang negara kecil. luas wilayah Qatar adalah 11,521 km persegi. Dan jika dibandingkan dengan salah satu provinsi di Indonesia, hampir sama dengan luar provinsi gorontalo. Meskipun negara kecil, Qatar adalah salah satu negara kaya dengan pendapatan perkapita mencapai 50,805.46 USD atau sekitar Rp 753 Juta pada tahun 2020.

Dengan kekayaan yang luar biasa tersebut, tidak mengherankan jika Qatar berani mengeluarkan dana yang sangat besar untuk menyelenggarakan piala dunia 2022. Mengutip publikasi Front Office Sports, penyelenggaraan Piala Dunia 2022 Qatar menghabiskan biaya sebesar USD 220 Miliar. Nilai itu setara dengan Rp 3,4 ribu triliun, dengan asumsi USD 1 setara Rp 15 ribu. Jauh lebih besar dari penyelenggaraan sebelumnya.

Biaya penyelengaraan Piala Dunia sejak 1994 (sumber: Front Office Sports):

  • United States 1994: $500 million
  • France 1998: $2.3 billion
  • Japan 2002: $7 billion
  • Germany 2006: $4.3 billion
  • South Africa 2010: $3.6 billion
  • Brazil 2014: $15 billion
  • Russia 2018: $11.6 billion
  • Qatar 2022: $220 billion

Yup, sekitar 20 kali dari piala dunia rusia tahun 2018. Nah, kenapa bisa sampai mahal sekali? dari mana uangnya?

Kondisi ini jelas berbeda beberapa puluh tahun lalu ketika catatan ini ditulis, di mana Qatar ketika itu adalah salah satu kawasan miskin di Teluk. Beberapa dekade lalu, Qatar tak lebih dari daerah nelayan yang masuk protektorat Inggris.

Qatar merdeka pada 1971 dan tak lama kemudian menemukan salah satu cadangan gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, nomor tiga setelah Rusia dan Iran. Dengan cadangan LNG mencapai 900 triliun kaki kubik, Qatar menjadi eksportir LNG terbesar di dunia. Penerimaan dari minyak dan gas membuat pendapatan per kapita rata-rata negara ini mencapai lebih dari 100.000 USD, jauh melampaui AS atau Inggris. Meskipun negara timur tengah juga banyak yang mempunyai minyak dan gas alam, Karena Qatar penduduknya sedikit maka negara ini menjadi kaya raya.

Jika negara sudah kaya dan negara harus memutar kekayaannya, maka Qatar menggunakan kekayaannya untuk pembangunan di dalam negeri dan investasi di luar negeri seperti di negara-negara eropa.

Menjadi tuan rumah piala dunia adalah salah satu investasi yang dianggap menguntungkan. Beberapa hal yang dianggap menguntungkan adalah:

  1. Meningkatnya popularitas negara yang tentu akan memudahkan untuk investasi
  2. Meningkatnya atmosfir olahraga khususnya sepak bola
  3. Membuka lapangan pekerjaan

Yak, dengan menjadi tuan rumah piala dunia akan menjadikan Qatar semakin dipencara oleh dunia internasional.

Pada 2010, Qatar resmi dipercaya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Mereka berhasil mendapat suara terbanyak dalam pemungutan suara dari 22 anggota eksekutif Federasi Sepakbola Internasional (FIFA). Qatar mengalahkan empat pesaing lainnya. Keempat negara itu adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan Australia.

Piala dunia kali ini dilakukan di bulan november. Alasannya adalah pada bulan juni atau juli di Qatar masih musim panas dimana suhu sangat panas. Bulan november dianggap waktu pas karena suhu sudah menurun.

Pelaksanaan bulan november ini menjadi salah satu alasan menjadikan piala dunia kali ini sepi, karena tidak dilakukan di musim libur musim panas di bulan juni atau juli. Padahal tidak semua negara peserta piala dunia libur dibulan tersebut.

Beberapa negara juga memprotes aturan yang ada di piala dunia qatar seperti tidak ada bir dan anti LGBT. Beberapa negara yang melegalkan bir dan LGBT tentunya mengancam untuk datang ke Qatar untuk melihat piala Dunia secara langsung. Beberapa orang menganggap ini sebuah kontroversi, padahal hal ini merupakan aturan suatu negara yang harus dihormati.

Kontroversi terakhir adalah dugaan pelanggaraan HAM berat dalam persiapan pelaksanaan piala Dunia. Terkait hal ini kita tidak boleh melihat dari satu sumber saja. Tapi harus melihat informasi dari banyak sumber baik dari internal Qatar dan dari sumber lain yang bisa dipercaya.

Ketika catatan ini ditulis, piala dunia Qatar masih berlangsung dengan baik, dan juga tidak bisa dikategorikan sepi. Meskipun dianggap kontroversi tapi tentunya kita berharap piala dunia Qatar bisa berjalan lancar dan menjadi salah satu piala dunia yang berkesan serta ada kejutan-kejutan yang tentunya menjadi sejarah baru dalam dunia sepak bola.